Skip to main content

Posts

Ketakutan Yang Mengejar

       Kegelapan kaubuat dengan keraguan, kau yang menyalakan sumbunya, tentang keputusan saja, kau serapuh itu.     Manusia macam apa kau itu?    Melihat aib orang lain lihai, aib sendiri kau buta.     Sesal itu menari di kepalakau, kantuk pun takut tuk datangi matakau. Bingung pun mengelilingikau, lawankau itu bahaya.    Siapa yang mau menemanikau kalau begini terus sikapkau? Mengusir kekurangan diri, melemparkannya ke orang lain.    Tahu begini, lebih baik lambat asal tepat, dari pada cepat, tapi sesat. Kini terpenjara di dalam jerujikau sendiri.    Cls, Sen, 080724, 00:10, halub© #ketakutan #kegelapan #ulahsendiri     Dirikau Sebenarnya Ketika Dihadapkan Tekanan Terdahsyat    Buah diperas tetap buah. Manusia tidak begitu, Bisa berubah sesuai yang tekanan inginkan, Bisa juga lari tak kembali lagi. Pilihan dan tingkat ketakutan pasti berbeda, Satu dengan yang lain.    Yang jadi jauh lebih gila setelah tekanan dahsyat, banyak. Yang mengambil jalan yang tak pernah terprediksi, pun ada.
Recent posts

Nyamuk Hitam

   "Serang aja! Ngapain merasa bersalah!? Merekalah yang bersalah! Lihat aja! Ngapain berdiam diri di tempat yang sama!? Udah tahu kerjaan kita nyerang! Lagian juga kenapa enggak memberikan perlawanan!?    "Takut!? Kalau takut udah DIAM! Enggak usah banyak bacot! Ngebacot boleh, tapi di depan sini!" Nyamuk hitam itu makin menggila, bersama rombongannya menyerang tanpa memberikan ampun.    Terus terjang, terus hajar apa yang di depan, selagi berada di depan dan jumud, berarti itulah mangsanya. Para sesepuh pun bangga dengan tekad penyerangan, itulah keyakinan yang membuat para nyamuk hitam seolah tak pantang mundur, meski siang atau hujan sekali pun.    Sekali "penyerangan" sudah menjadi semboyan, maka diam dan menunggu langit hujan emas bukanlah kurikulum mereka. Tak akan ada hari bagi mereka yang diam menunggu hujan emas.     Nyamuk hitam itu pun beristirahat, karena mereka tahu hidup ini bukan hanya menyerang saja, tapi juga diam sejenak seraya memikirkan lan

Harapan Orang Tua

   Tak sedikit yang mengklaim orang tuanya cerewet, judes, banyak omong, keberatan bicara dari realita, dan banyak lagi. Padahal kalau kita mau tarik napas pelan-pelan, lalu menyikapi kenyataan ini, tentu akan lebih cerah paradigmanya.    Hanya saja, rasa tinggi hati, rasa lebih baik dari orang tua sudah terlampau jauh, jauh membumbung tinggi. Hingga lupa kalau dari zigot, janin, bayi merah, itu orang tua yang ngurusin.    Apa iya mau ngapusin se-enteng itu jasa mereka yang tak akan pernah mungkin bisa terbayarkan, meski seharga satu buah bumi seutuhnya. Memang paling enak itu merasa benar sih dari pada merasa bersalah.    Lagi lagi dan akan terus berlagi-lagi lingkungan, tontonan, serta pertemanan sangat sukses besar dalam membentuk ulang pondasi harapan yang telah lama dengan susah payah dibangun orang tua.    Masih numpang di rumah orang tua gaya, masih make listrik, perabotan, dan alat-alat kepunyaan orang tua, dan banyak lagi. Kalau masih juga mau ngotot, "Kan itu kewajiban o

Pembenaran Sepihak

     Jaraknya sekitar 230-270 KM dari Sijorse menuju Magroluj. Hutas menempuh jarak sejauh itu untuk memastikan kalau kebenaran tidak bisa dianggap benar oleh sepihak dari keluarga Magroluj.    Pembuktian dan pengklarifikasian memang memakan waktu yang tak sedikit, Hutas tak peduli itu, selagi kebenaran itu terancam punah dan disalahgunakan, maka jiwanya pun terpanggil untuk bertindak.    Sesampainya di sana. Benar saja hampir seluruh keluarga Hutaj menuduhnya sebagai biang kesalahan. Walaupun sebenarnya kebenaran itu berada pada diri Hutas.    Terbukti sudah, Hutaj melaporkan hal yang tidak-tidak tentang dirinya. Dengan kejadian itu terpanalah Hutas. Ternyata kejujuran yang selama ini dia percaya masih dianut oleh keluarga Hutaj lumat sudah.    Ternyata selama 10 tahun ini, seluruh keluarganya hanya melakukan kamuflase tingkat tinggi. Mengelabui banyak mata, hati, pendengaran. Dan banyak lagi. Mereka ternyata terkenal dengan ahli klaim tingkat negara.     Negeri Archimrald ini sudah m

Tehaur

        Ada rasa tersendiri ketika diri telah termakan usia, pandangan orang-orang pun berubah, tentu semua mengalami perubahan. Bukan hanya perubahan dari diri saja. Tapi semuanya.    Momen dulu ketika kecil, masa-masa es-ed seringkali pengharapan lebih banyak dari pengejewantahan dari harap, sehingga bertemulah sesuatu yang tak bertemu.    Maka hilanglah. Berlalunya waktu, berlalu juga harapan akan hal itu. Sekarang keterbalikannya, ada beberapa yang berharap dengan diri ini.    Mungkin itulah dunia, sebentar, sementara, temporal adanya. Rasa itu mampir saja, tak lama, hanya beberapa hari lalu berlari lagi.    -- Sumber gambar: pixabay

Siksaan Atas Kelalaian

        Pengagungan digemakan, kerak tak bisa dibersihkan sesempurna mungkin, masih aja ada sisanya walau sedikit dari kotoran masa lalu dan rasa rasa lainnya. Mungkin paling nyaman mengkondisikan dirilah yang harus lebih utama diperhitungkan, jangan kritisi pihak lain dulu.    Kapal yang kuat akan tetap maju meski kerusakan yang diterima hampir menenggelamkannya, asupan itu rasa sakit, pengkhianatan, diskriminasi dan semacamnya. Tetaplah memaafkan meski sakit, kita ini manusia bukan Pencipta alam semesta.    Anggaplah penyegeraan siksaan yang terasa seperti tak berujung sebagai penghapusan untuk melangkah ke depan agar bisa lebih memaafkan dan tetap terus memaafkan seberat atau se-sesak apa pun hati menghadapinya.    Buah dari kelalaian inilah yang menjadikan rasa sesal itu seolah menyatu dengan jiwa dan raga. Jadikan rasa sakit itu sebagai bahan bakar perubahan untuk lebih baik lagi dalam banyak hal, terutama bersikap ketika tak ada seorang pun di sisi.    Pengagungan itu digemakan d

Takkan Merugikan Apa Pun Yang Dikatakan Orang ....

           Dengan kesadaran itu, sebagai pribadi kita ingat pula pesan beliau seperti dikutip Imam Ibn 'Abdil Barr dalam Al Intiqa من عرف نفسه لم يضره ما قيل فيه     "Siapa mengenal dirinya, takkan merugikannya apa pun yang dikatakan orang tentangnya."    Sebab seringkali, hinaan justru hakikatnya pujian. Karena aslinya diri kita, jauh lebih memprihatinkan dari apa yang dikatakan orang. Sebab seringkali kita hanya    Perlu menjawab tuduhan dengan, "Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semoga Allah mengampunimu."    Sebab seringkali, gunjingan justru cara Allah memberi kita kebaikan. "Selamat datang tambahan pahala serta pengurangan dosa, yang tanpa lelah beramal dan tanpa payah berusaha," ujar Imam Hasan Al-Bashri menanggapi ghibah tentangnya.    Dan mari menjauhkan diri dari ikut berperan dalam segala ucap buruk tentang sesama, seperti sabda Nabi dalam riwayat Ahmad, "Janganlah seseorang menyampaikan padaku keburukan sesama