Tak sedikit yang mengklaim orang tuanya cerewet, judes, banyak omong, keberatan bicara dari realita, dan banyak lagi. Padahal kalau kita mau tarik napas pelan-pelan, lalu menyikapi kenyataan ini, tentu akan lebih cerah paradigmanya.
Hanya saja, rasa tinggi hati, rasa lebih baik dari orang tua sudah terlampau jauh, jauh membumbung tinggi. Hingga lupa kalau dari zigot, janin, bayi merah, itu orang tua yang ngurusin.
Apa iya mau ngapusin se-enteng itu jasa mereka yang tak akan pernah mungkin bisa terbayarkan, meski seharga satu buah bumi seutuhnya. Memang paling enak itu merasa benar sih dari pada merasa bersalah.
Lagi lagi dan akan terus berlagi-lagi lingkungan, tontonan, serta pertemanan sangat sukses besar dalam membentuk ulang pondasi harapan yang telah lama dengan susah payah dibangun orang tua.
Masih numpang di rumah orang tua gaya, masih make listrik, perabotan, dan alat-alat kepunyaan orang tua, dan banyak lagi. Kalau masih juga mau ngotot, "Kan itu kewajiban ortu."
Nanti, akan tiba masanya yang ngomong kayak gitu kalau omongannya akan jadi bumerang buat diri sendiri. Ini bukan balas dendam bung! Secuil rasa sakit hati kita yang hanya karena omongan orang tua terlalu meledak-ledak, menggurui walaupun di tempat lain kita ini adalah guru bagi orang lain.
Ingat! Tak akan pernah sebanding, meskipun kita punya uang sebanyak atau sebesar matahari lalu semuanya diberikan ke orang tua kita, yakin gak akan pernah kebayar, jasa mereka taruhannya bukan lagi harta, tapi jiwa!
Baca dikit ke perangai Nabi Agung Ibrahim Alaihissalam. Beliau, meski orang tuanya tak beragama Islam, tapi beliau hormat! Tetap memohonkan ampun untuk orang tuanya setiap saat.
"Itu kan Nabi!? Mana mungkin kita niru orang mulia macam itu!?" Terus, akan tetap terus mengalir di aliran sang waktu akan pembangkangan, pengeyelan, dan semisalnya.
Kita Islam? Artinya Islam apa? Berserah diri bukan? Bukankah para Nabi yang diutus sebagai contoh, mau? Hanya mau mencontoh ke artis-artis dralor? Iya drakor! Anime? Sinetron? Selebgram? Yotuber?
Kalau mereka udah ada jaminan masuk surga sih silahkan tiru, kalau belum, ngapaian? "Contoh yang deket-deket aja dong!" Ya, ya akan terus ada pembantahan, selama matahari belum hancur!
Harapan orang tua mungkin hanya sederhana baginya, tapi sulit bagi anak-anaknya. Kalau mau gampang ya gak usah lagi aja punya orang tua! Jangan juga lahir dari mereka, lahir aja dari tokoh panutan elu!
"Ye! Orang kita gak bisa milih kalau mau lahir dari keluarga mana!" Yes, pengeyelan akan tetap terus terbit dan terbit, bahkan ketika di alam barzakh pun akan tetap ngeyel dan ya selalu pembenaran.
Mau sehebat apa pun pembangkangan dan kesombongan itu, Sang Pencipta Maha Tahu atas segalanya.
--
Sumber gambar: canva edited by it self
halub© Abah satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan.
Comments
Post a Comment