Tetesan air itu masih menetes terus dari pakaian yang tergantung di tempat jemur pakaian yang berada tepat di depan jendela rumah yang berukuran kecil. Desa itu selalu saja sepi seperti Desa mati. Suara angin yang merambat ke pepohonan dan ujung-ujung bangunan kayu yang tua itu terasa menyeramkan. Awan di situ pun terlihat gelap. Semilir angin itu pun terpaannya terasa asing dan berbeda dengan terpaan angin pada biasanya. Lelahnya bukan main, 'hh ... Hhh ....' pemuda itu ingin berhenti dan mengungsi di salah satu rumah yang berjejer itu. Tapi kesemuanya terasa sepi dan ganjil. Hanya ada satu rumah yang terdapat pakaian basah yang menggantung di depan rumahnya. Nampaknya pakaian wanita dan pria. Pikir pemuda itu, "akankah kedatangannya diterima begitu saja tanpa ada syarat!" Dia pun punya keyakinan, "sehebat-hebatnya penerimaan, akan tetap ada harapan timbal balik dari setiap 'kebaikan' yang dibagikan cuma-cuma, setidaknya sepercik pujian dan semisa