seharusnya aku bisa melewatinya
Angin akan terus berhembus
Hujan akan tetap turun
Kemarau tidak selamanya
Sedih pasti datang, dan pasti pergi juga
Kegembiraan datangnya diharap tidak pergi
Semua karena kita hanya ingin bahagia
Kicauan burung tidak lagi bersuara
Habis ditelan badai ganas yang menerpa flavence.
Dua orang Pemilik tanah itu pernah bercerita kepadaku : "seharusnya kamu bisa melewatinya."
Kata yang paling malas aku dengar, seperti penolakan kuat kalau aku terlalu lembek, padahal dia belum tau self respectku memang seperti itu. Seperti mengalah, hilang, dan binasa. Justru itulah pergerakan di dalam pergerakan, gemuruh angin di dalam gemuruh angin, arus air yang berada di dalam arus air.
Aku Ubna, sebelum dua pemilik tanah itu menyayangkanku karena tidak bisa melewati daerah mereka. Aku merasakan tekanan roh itu terlalu kuat, sulit untukku menembus jalan itu, kekuatan seperti ini belum pernah ku temui sebelumnya, biasanya yang pernah pernah kulalui, hanya dengan teknik satu, maksimal teknik ketiga sudah bisa terlewati. Tapi Kekuatan yang satu ini terlalu kuat bagiku, bahkan sudah sampai teknik kesepuluh sudah ku gunakan, tetap saja aku terpental jauh.
"Heran aku dibuatnya, ini kekuatan tanah macam apa, memalukan bila harus mundur dari roh setempat seperti ini. Kalau saja aku lebih kuat lagi, lebih konsisten lagi menambah latihan harianku. Benar-benar tidak menyangka akan menemukan hal yang begitu merepotkan."
Jalan ini terlalu berbahaya untuk diremehkan, aku kira selama ini, aku sudah cukup kuat berkeliaran untuk melawan para roh jahat yang berkeliaran. Ternyata tidak, aku jauh dari siap. Dengan terpaksa aku melarikan diri dengan teknik kosong, teknik yang roh pun tidak akan pernah menyadari kepergianku, tapi aku tidak tau teknik ini akan tetap berguna atau hanya pada roh yang belum begitu tinggi levelnya.
Luka ini cukup parah, hentakannya begitu kuat dan kukunya pun berbahaya, terlalu abai diriku selama ini. Lawan kuat selalu siap tanpa perkiraan, dan latihanku hanya yang itu-itu saja, kisah ini sangat memalukan sekaligus memilukan, hanya daya hayalku yang begitu tinggi, hingga berani berhadapan dengan kebuasan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya.
Suatu saat nanti aku akan mencoba kunjungi lagi tempat itu di pagi hari, akan ku kumpulkan data yang lebih akurat, aku harus menaklukan roh jahat itu di lain waktu.
Akan Kusempatkan mengunjungi tempat itu, tapi tidak di malam hari. Pagi itu, dari kejauhan aku melihat dua orang yang tengah duduk di sebuah tenda hijau.
"Mungkin mereka berdua bisa memberikan sedikit informasi yang aku butuhkan."
Aku tiba di depan mereka berdua, suasana yang berbeda dengan orang-orang yang pernah kutemui sebelumnya, aura mereka berdua terasa lebih mencekam, menggambarkan beratnya level roh yang berada disitu. Aku tetap memaksakan diri untuk sebuah informasi itu.
"E... Permisi Pak," aku bertanya langsung ke mereka berdua, tapi sebelumnya aku telah minta maaf dan memperkenalkan identitas singkatku, karena mengganggu perbincangan mereka berdua, "bapak tau tentang kabar tanah sekitar sini ?."
Saat itu, kondisi tidak terlalu ramai, tapi ada saja yang berlalu lalang melewati kita bertiga, tempat yang mencekam walau di pagi hari, dan saat itu angin sedikit berhembus, jadi kondisi kami saat itu, seperti diawasi makhluk lain, walaupun mereka tidak terlihat seperti sedang mengawasi, aneh dan mencekam.
"Kamu harus tau ya nak, kamu tidak akan bisa melalui ini bila belum pernah melalui hutan toorent," kata seorang yang berbaju hijau, yang mengaku bernama zig.
"Toorent! aku sudah melalui hutan itu sebulan yang lalu," tukasku
Zig sepertinya lebih dominan berbicara, seorang teman yang sedang menemaninya hanya diam mematung bersama buku asing belum pernah ku lihat sebelumnya, buku berukuran A5, dengan sampul sarang laba-laba.
"Kalau kamu telah melalui hutan toorent, mengapa kamu tidak bisa melewati tanah yang kita pijak ini, memang tanah ini terlihat sederhana dan tidak ada yang istimewa nampaknya, tapi itu hanya bagi mereka yang levelnya belum bisa mengukur kekuatan terpendam dari yang terlihat tidak istimewa ini. dan yang anehnya lagi kamu itu sudah melewati hutan toorent, harusnya kamu disitu sudah mendapatkan bekal untuk melewati tanah ini, tanah ini dikenal dengan sebutan dua pemilik tanah."
Sial kata-kata itu terasa begitu menggema di diriku, "seharusnya kamu bisa melewatinya ... Seharusnya kamu bisa melewatinya ... Seharusnya kamu bisa melewatinya."
"Cuiih... Sudi dengan kata-kata itu, siapa dia, siapa mereka, bertingkah seperti seorang pro, memuakan,"
"Bapak zig, bersama bapak yang satu ini penjaga tanah ini," sahutku
"HEH yang sopan nak, bapak yang satu ini, bapak yang satu ini, engga punya etika ya! Jangan-jangan kamu belum lulus dari hutan toorent," ketus bapak berbaju biru, yang berada disamping pak zig
Aku menyatukan kedua gigi depanku, "kenapa ketus sekali orang ini," kesalku dalam diam
Aku terpaksa mengikuti alur mereka, demi sebuah informasi, walaupun memuakan.
"Maaf pak, dengan bapak siapa ini yang berbaju biru?, maaf atas kelancangan saya pak."
"Bapak siapa, bapak siapa, makanya kalau diberi tugas, jangan kebanyakan bengong! fokus, haahh! Aku zog yang bertugas di pemilik tanah ini. Kalau saja kamu lebih memperhatikan sesuatu yang terjadi di hutan toorent, kamu pun pasti bisa melawan roh selevel daerah ini."
***
Memang ubna di tugaskan dari sekolahnya untuk menaklukan 10 tingkat roh. Di tempat yang sekarang ini tempat tingkat roh terakhir, ia merasa keberatan dengan apa yang ditemuinya di malam hari, bahkan penjaganya pun tidak bersahabat sama sekali, hanya memberi intruksi, perhatikan apa yang telah terjadi di 'hutan toorent.'
"Seingatku, aku melaluinya dengan mudah dan tanpa kendala,
Apa yang harus ku ingat, di hutan toorent itu ... !!"
Ubna berusaha mengingat kepingan ingatannya yang mulai buram, dua pemilik tanah, bertugas di pemilik tanah ini, lebih memperhatikan sesuatu yang telah terjadi di hutan toorent, Bapak Zig dan Zog, roh yang begitu kuat dan mencekam.
Dengan susah payah dia mengingat akhirnya ketemu juga beberapa kepingan ingatan yang mulai buram. Lalu ia teringat kejadian saat melawatan roh slime di pinggir sungai, saat itu Ubna menghadapinya dengan kasar dan penuh amarah, aku yakin momen ini yang terlupa bagiku.
Walaupun aku bisa melewatinya, tapi seranganku waktu itu terlalu menguras banyak tenaga, aku baru ingat kata-kata guruku: "sesuaikan perlawanan dari tiap lawan, jangan asal serang, analisa dengan cepat dan tepat, gunakanlah energi se efisien mungkin, dan ketenangan adalah kunci dari berbagai kekalutan." Berarti hanya 'ketenangan' yang belum terlalu aku kuasai saat berada di dua pemilik tanah.
Uban melatih sisi ketenangan yang masih lemah dari dirinya, dengan latihan yang konsisten dan ketat, ia pun bisarhe merasakan suara pergerakan yang sangat jauh, "baiklah dengan ini, aku yakin sudah cukup mampu untuk bisa melawan roh dua pemilik tanah itu, tidak akan lagi ku biarkan dia menyerangku seenaknya,"
Dengan tekad baja, Ubna menuju kediaman roh dua pemilik tanah, waktu itu malam bulan purnama, semakin menambah kengerian suasana tempat dua roh itu berada. Wuuusshh, pergerakan roh itu sudah terasa bagi Ubna, dia pun reflek dengan ketenangan yang sudah susah payah di latihnya. "Teknik 11 'ketenangan'." tiba-tiba pergerakan dua roh itu terasa bergerak sangat lambat di mata Ubna, dengan cepat dan penuh analisa Ubna mendaratkan serangan yang tidak biasa, "Sare-sare no mi avanged brakethrough." Kepala dua roh itu terputus, dua roh itu pun diam tak berkutik. "Akhirnya aku berhasil melewati ini." Dengan peluh yang berjatuhan, Ubna tetap melangkah dengan langkah gontai.
______________
@rtd, kam 29, 2021
.
Rab 5 mei 2021
@bekasi, perjalanan menuju darul matsani (tempat evri n fatih), selesai di penjual pisang goreng harga 2.500 perbuah.
Cerpen 22
Comments
Post a Comment