"Serang aja! Ngapain merasa bersalah!? Merekalah yang bersalah! Lihat aja! Ngapain berdiam diri di tempat yang sama!? Udah tahu kerjaan kita nyerang! Lagian juga kenapa enggak memberikan perlawanan!? "Takut!? Kalau takut udah DIAM! Enggak usah banyak bacot! Ngebacot boleh, tapi di depan sini!" Nyamuk hitam itu makin menggila, bersama rombongannya menyerang tanpa memberikan ampun. Terus terjang, terus hajar apa yang di depan, selagi berada di depan dan jumud, berarti itulah mangsanya. Para sesepuh pun bangga dengan tekad penyerangan, itulah keyakinan yang membuat para nyamuk hitam seolah tak pantang mundur, meski siang atau hujan sekali pun. Sekali "penyerangan" sudah menjadi semboyan, maka diam dan menunggu langit hujan emas bukanlah kurikulum mereka. Tak akan ada hari bagi mereka yang diam menunggu hujan emas. Nyamuk hitam itu pun beristirahat, karena mereka tahu hidup ini bukan hanya menyerang saja, tapi juga diam sejenak seraya memikirkan lan