Adalah termasuk sunnatullah dan hikmah Ilahiyah yang sangat besar artinya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam harus mengalami dan menghadapi berbagai cobaan berat di jalan dakwah. Dengan demikian, para da'i pada setiap zaman akan menganggap ringan segala bentuk cobaan berat yang ditemui di jalan dakwah.
Seandainya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhasil dalam dakwahnya tanpa penderitaan atau perjuangan berat, niscaya para sahabatnya dan kaum Muslimin sesudahnya ingin berdakwah dengan "santai", sebagaimana yang dilakukan oleh beliau, dan merasa berat menghadapi penderitaan dan ujian yang mereka temui di jalan dakwah.
Akan tetapi, dengan melihat penderitaan yang dialami Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, akan terasa ringanlah segala beban pen deritaan yang harus dihadapi oleh kaum Muslimin di jalan dakwah. Dengan demikian, mereka sedang merasakan apa yang pernah dirasa kan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berjalan di jalan yang pernah dilewati oleh beliau.
Betapapun penghinaan dan penyiksaan kepada mereka, hal itu tak pernah melemahkan semangat perjuangannya. Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri, sebagai kekasih Allah, pernah dianiaya dan dilempari kotoran pada kepalanya sehingga terpaksa harus pulang dengan kepala kotor. Apalagi jika dibandingkan dengan pen deritaan dan penyiksaan yang pernah ditemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika berhijrah ke Tha'if.
--
Sumber: buku Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi, Rabbani press Jakarta Timur - Batu Ampar, Condet, 1999. hlm 119
Comments
Post a Comment