Sesungguhnya, penderitaan dan musibah yang menimpa manusia mempunyai beberapa hikmah. Di antaranya akan membawa orang yang mengalami musibah dan penderitaan itu kepada pintu Allah dan meningkatkan 'ubudiyah kepada-Nya. Karena itu, tidak ada perten tangan antara kesabaran terhadap penderitaan dan pengaduan kepada Allah.
Kedua sikap ini merupakan tuntunan yang dianjarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita. Melalui kesabarannya terhadap penderitaan dan penganiayaan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran ini adalah tugas kaum Muslimin umumnya dan da'i secara khususnya.
Melalui pengaduan dan taqarrub-nya kepada Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengajarkan tentang kewajiban 'ubudiyah dan segala konsekuensinya kita.
Perlu disadari bahwa betapapun tingginya jiwa manusia, dia tidak akan terlampaui batas kemanusiaannya. Manusia selamanya tidak dapat menghindarkan diri dari fitrah perasaan; perasaan senang dan sedih, perasaan menginginkan kesenangan dan tidak menghendaki kesusahan.
Ini berarti bahwa kendatipun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai peng aniayaan dan penyiksaan di jalan Allah, beliau tetap memiliki perasaan sebagai manusia: merasa sakit bila tertimpa kesengsaraan dan merasa bahagia bila mendapatkan kesenangan.
Walaupun demikian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam rela menghadapi penderitaan berat dan meninggalkan kesenangan demi mengharap ridha Allah dan menunaikan kewajiban 'ubudiyah.
--
Sumber: Buku Sirah Nabawiyah, Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi, Rabbani press 1999, Jakarta timur - Batu Ampar - Condet, hlm 127
Comments
Post a Comment