Skip to main content

Tidak ada yang abadi selain perubahan. (Kolaborasi cerpen + puisi)

 











لا شيئ ابدا إلاّ تغيير


Nothing Last forever but change 

Tidak ada yang abadi selain perubahan.



Batu berubah, karena terkikis dengan udara yang ada,

Menjadi rapuh lalu menyusut kecil

Pohon berubah karena iklim yang membersamainya

Menjadi lemah dan rapuh tidak seperti awal dia ada,

Awan yang dulu teduh, kini nampak tak kuasa membendung sinar matahari yang semakin liar dan menyengat.


Elang yang dulu terbang dan mengudara seakan menyatu dengan angin, sekarang nampak tak kuasa berlama-lama berkawan dengan angin,

Singa yang dulu ditakuti, sekarang menjadi bahan tertawaan orang banyak,

Pakaian yang dulu menjadi kebanggaan, kini dipaksa usang dan tak satupun menginginkan,

Sandal yang dulu nyaman digunakan, sekarang memakainya sudah seperti tak memakai sandal,


Dulu dia anak yang lucu nan comel, tapi sekarang siapapun sudah tak mau bersenda dengannya, seperti, walau dia masih menggunakan intonasi bicara masa kanak-kanaknya,

Semua berubah seiring berjalannya waktu,

Yang dulu nampaknya hingar bingar, kini diam termenung seperti sangat menyesali segala perbuatan yang telah banyak diperbuat dan banyak membuat muak orang banyak,


Tapi matahari yang dulu terbit, tetap sama dengan matahari yang kini terbit,

Padahal matahari pun termakan oleh masa dan . . .

Mengalami penyusutan pada struktur volume permukaan-Nya


Sepasang pasutri yang mencoba mengarungi bahtera kehidupan nan luas dengan berdikari, dengan sebuah janji penuh arti, 

Janji itu mereka akan terus bersama meski dunia terbelah dunia, meski suatu hari perpisahan memaksa untuk tidak lagi bersama, 


Hari - hari pun berjalan secepat angin berhembus, mereka mulai menemukan kebiasaan buruk yang menurut mereka, ini kebiasaan yang engga boleh di lakukan oleh seorang pria,

Bagaimana seorang anak akan mendapatkan gambaran contoh teladan yang ideal kalau bapaknya seperti ini !?


Begitu juga yang lain berujar kalau wanita punya kebiasaan seperti itu tidak bisa, bagaimana bisa terbentuk sebuah pembentukan yang baik untuk seorang anak, bila seorang anak hadir nanti, mau jadi apa anak itu bila ibunya seperti ini ?!


Mereka berduapun saling meragukan keberadaan satu sama lain, padahal perpisahan sudah menanti mereka di depan mata,

Tapi seni "saling menerima" dan seni "saling cukup" belum mereka dapatkan,


Akhirnya sebuah kondisi memaksa mereka untuk berpisah karena sebuah pendidikan, mereka yang tadinya tinggal bersama di leuwinanggung, harus saling berpisah, si pria belajar ke brimingham, dan si wanita belajar ke longmai.


Dengan benih - benih ketidaksukaan, ketidakterimaan satu sama lain, si pria mencoba meyakinkan kesepakatan yang dulu pernah mereka berdua sepakati, "tetap bersama walau dunia terbelah dua". Si wanita dengan senyum terpaksa berusaha tegar hadapi kenyataan pahit yang jauh dari kriteria pria yang dia idamkan, "ok kamu jangan lupa ya, tlp, vc aku ketika libur, baik - baik ya disana, jangan selingkuh ya sambil mengerenyitkan alis mata . . .

"Ok, kamu juga hati - hati disana ya, karena hati-mu sudah . . .


Sudah apa, "tidak ada".  "Sudah milik pencipta, sebelum kamu bertemu aku".    Ok sahut wanitanya . . .

"Lomgmai daerah yang jauh, brimingham juga,


"Semua akan baik - baik saja kalau saling bertaqwa"


"Iyalah, tanpa taqwa kita tiada, sahut wanita itu".


_________________

_________________


 "Mereka hilang seperti belum bertemu sama sekali. Waktu trus berjalan semakin cepat ke arah yang mereka tidak inginkan pastinya". 


Hingga suatu hari si pria punya firasat yang kurang baik tentang wanitanya, dengan perbekalan tracking internet yang miskin dan rasa penasaran yang dahaga, kabar tidak mengenakanpun dia dapatkan,


Dia menemukan ternyata wanitanya tidak benar - benar berada pada komitmen, kesepaktan, perserujuan yang dulu pernah mereka saling gaungkan.


Ternyata dia mendapatkan wanita yang sulit diatur, keras kepala, sok cantik, tidak tau diri.


Si wanitapun berasumsi, "aku salah menerima pria seperti dia, dia tidak tanggung jawab, banyak bicara saja tanpa ada realita yang bisa dibuktikan, miskin dan banyak adiknya lagi.


________________

________________


Perjalanan akhir masing - masing sudah diambang mata,

Mereka saling bertemu, saling bertukar cerita.


Keesokan harinya setelah sarapan dan di waktu yang sangat rileks bagi keduanya, si pria mulai mengutarakan hasil tracking internet dangan trusted base, si pria berusaha dengan nada halus menyampaikan hal tidak harusnya dilakukan seorang wanita yang sudah bersuami.


Wanita itu dengan angkuhnya, mulai ekspresi cemberut yang menggambarkan _tidak terima_ dengan sajian prolog dan data yang sangat benar sekali, dengan gayanya yang sok cantik, ia mulai angkat bicara dengan nada yang sedikit ditinggikan "kamu sih jadi pria, sok berani nikah, padahal belum punya rumah, kendaraanpun butut sekali, adik - adikmupun mau sampai kapan kamu manjakan, orang tua mu pun malah seakan membiarkan keributan terjadi di bahrera kita, emang menurut kamu kalau tidak memberi uang ke ortu disebut *tidak berbakti*.


Beup . . . Beup . . . Beup . . . Serangan itu tajam dan tepat sasaran di si pria.


Sekarang giliran si pria, "iya aku sadar itu aku salah, tapi kamu juga harusnya sadar di daerah yang aku tidak ada, harusnya *taqwa* lebih di dada daripada omong kosong belaka


Wanita itu dengan cepat mengungkapkan rasa kesal, kecewa, benci yang mendalam ya udah ceraikan aku . . .


Teeeettt ... Teeeet....


Si pria mulai terdiam dan lemas, ia berkata kepada dirinya sendiri "kamu terlalu tergesa - gesa memilihnya, sudah kamu harus tegar dan siap dari kenyataan hidup ini, inilah hidup didunia, belum lagi nanti fase kubur, hari perhitungan, dan, dan banyak lagi perjalanan yang belum dilalui dengan situasi yang lebih menyeramkan dan ini belum ada apa -apa nya dibanding perjalanan berikutnya,


Si pria pun berusaha tenangkan hati, pikiran agar tidak meluapkan emosi yang mengepul - ngepul,


"Ok kalau itu yang membuatmu tenang dan merdeka, yang jelas aku minta maaf, sudah terlalu banyak kesalahan semenjak akad sampai saat ini".


Aku juga sudah merelakan setiap kesalahanmu,


Ya udah silahkan saja kamu ajukan gugatan cerai ke pengadilan rumahmu, kata si pria,


Kenapa enggak kamu aja yang menceraikan aku, 


"Tidak, prinsipku tidak akan menceraikan wanita bagaimanpun situasinya."


Ok, kalau begit aku akan urus gugatan cerai ini, pokoknya gimana caranya aku tidak bersamamu lagi yang terlalu cerewet, pemalas dalam mencari nafkah, masih mikirin ortu, adik - adik, dan mana coba - coba mikirin umat lagi dengan jalur tuliasan, ga habis pikir aku melihat pria potongan nanggung sepertimu, mungkin mencintaimu seperti rukun islam yang ke 5, yaitu bagi ya mampu, ha ha ha, tawa si wanita.


Ok, tak hal, usah terlalu kamu pikirkan itu, nanti kamu ga jadi gugat lagi,


Isyyhhh... Jijiknya aku dengar itu, mau muntah rasanya . . .


---------//--------------.


Akhirnya mereka resmi berpisah dari yang tadinya satu rumpun, sekarang mereka, menjalankan hidup masing - masing yang tanpa ada lagi kata "hai say bangun sudah adzan,, ayo bangun...


Ternyata kisah mereka terlalu singkat, tapi tetap ada beberapa hal yang bisa dipetik dari mereka diantaranya ;

Tidak ada yang abadi selain perubahan

Yang harus berubah adalah pemahaman orang tentang cinta,




Kamis 11 feb 2021

Kolaborasi puisi dan cerpen jalanan.


@rtd 

Writed by : hlb corp ©




Comments

Popular posts from this blog

6 ~Penduduk Langit

                                                                          Sen 14 Des 2020 6 ~Penduduk Langit وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ Terjemah Arti: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", . . . 172. وَإِذْ أَخَذَ رَ...

Review Drama Teater Koma Dengan Judul “Calon” Karya N.Riantiarno

Review Drama Teater Koma Dengan Judul “Calon” Karya N.Riantiarno      Seni pertunjukan yang berjudul “Calon” karya N.Riantiarno menggunakan pendekatan  sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu. Namun, menurut Soerjono Soekarno mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri  terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti  memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan  kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Jadi kesimpulannya arti dari pendekatan sosiologi tersebut adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.  Dalam drama teater koma yang berjudul “Calon” karya N.Riantiarno dan disutradai oleh Rangga Riantiarno.  Teater ini menceritakan tentang  dua...

Ketakutan Yang Mengejar

       Kegelapan kaubuat dengan keraguan, kau yang menyalakan sumbunya, tentang keputusan saja, kau serapuh itu.     Manusia macam apa kau itu?    Melihat aib orang lain lihai, aib sendiri kau buta.     Sesal itu menari di kepalakau, kantuk pun takut tuk datangi matakau. Bingung pun mengelilingikau, lawankau itu bahaya.    Siapa yang mau menemanikau kalau begini terus sikapkau? Mengusir kekurangan diri, melemparkannya ke orang lain.    Tahu begini, lebih baik lambat asal tepat, dari pada cepat, tapi sesat. Kini terpenjara di dalam jerujikau sendiri.    Cls, Sen, 080724, 00:10, halub© #ketakutan #kegelapan #ulahsendiri     Dirikau Sebenarnya Ketika Dihadapkan Tekanan Terdahsyat    Buah diperas tetap buah. Manusia tidak begitu, Bisa berubah sesuai yang tekanan inginkan, Bisa juga lari tak kembali lagi. Pilihan dan tingkat ketakutan pasti berbeda, Satu dengan yang lain.   ...