Manis di awal
Ada perkiraan awal hingga akhir manisnya tak kan lekang
Semua orang berlalu lalang hanya bagian godaan
Hanya karena keinginan yang belum matang,
Tiada kebanggan, yang rupa hanya kehinaan
Sesal yang mendalam ke relung jiwa
Sapaan orang seperti cacian yang tiada ujung
Karena orang-orang berlalu lalang lalu ingin pun datang
Nyatanya..
Kemampuan tak sepadan dengan keinginan
Hampa meresap sangat dalam di jiwa
Diri kian pupus dan pudar hilang ditelan bencana
Sebenarnya manis itu tetap ada, ia hanya menyesuaikan
Ia tak beranjak, hanya anak itu yang telah menginjak
Seperti surya yang semakin tua
Batas surya pun makin tipis merana
Bukan karena sudah usia, hanya lupa berkaca !!
Ingin dan Siap
Ingin itu hanya petaka dusta
Semakin dituruti semakin menggrogoti
Semakin dipelihara semakin lupa diri.
Ingin seperti harus dilempar jauh ke dalam laut dan hilang
Siap sangat jauh, tapi ingin lebih dulu melangkahi
Menipu di kota nyatanya desa yang menderita
Kota itu sederhana karena refleksi desa
Desa itu berupaya kota tapi lupa akan asa dan rupa
Ingin harus kalah dengan siap, tapi tidak sejalan
Mengapa ukuran bahagiamu perkataan mereka ?
Kalau sudah begini, banyak kalangan yang menderita
Hanya ingin, ingin bahagia tanpa duka dan dusta
Mengapa tak segera saja pergi ke surga ?
*Revisi by bang firdaus, ucum, n sen
Ahd 11 apr 2021
Comments
Post a Comment