Skip to main content

Mereka juga manusia #1

    




Mereka juga manusia #1



   Zig punya 3 teman dengan kisah hampir sama,  pertama pak lostid, dia punya masalah dengan keluarganya'' (terutama istrinya), yang akhirnya merembet ke anak-anaknya, karena jiwa seorang ibu seperti satu dengan anaknya, terutama anak pertamanya. Masalahnya pak lostid punya istri bukan hanya satu, dan dia peroleh istri kedua, ketiga, dst tanpa pengetahuan istri pertama, tapi tetap dalam kerangka pernikahan yang tercatat di k.u.a. istri pak lostid yang pertama minta cerai, karena sudah terlalu sakit dia dibuat oleh pak lostid, pak lostid enggan menceraikan istrinya, karena dia mengerti bagaimana karakter istri pertamanya ini, bila tanpanya, sulit tuk penuhi kebutuhan anak-anaknya, karena istri pak lostid tipikal sedikit sorob*, sedikit aja engga banyak kok. 


   Makanya walaupun istrinya minta cerai, ia tak mengabulkan dan menganggapnya seperti tindakan ceroboh. Meski pak lostid miliki banyak istri, ia tak akan lupa 'nafkah' untuk istri pertama dan anak-anaknya. Intinya tau diri dan sadar diri, akan bagaimana posisinya sekarang, tidak seperti laki-laki yang hanya apabila manisnya habis kemudian dibuang begitu saja.


   Istri pak lostid pantang menyerah, ia tetap kekeuh, trus berusaha dengan semangat populasi manusia 5%. Mendesak pak lostid agar segera menceraikannya, pak lostid sebenarnya tidak tega, ya karena kan pak lostid walaupun sedikit, ia sudah kenyang dengan karakter 'wanita' kan istrinya bukan hanya dia yang pertama.


   Karena kegigihannya pak lostid pun menyerah dibuatnya, apalagi istri pertamanya ini sudah menguatkan dukungan dari ibunya. Kamu, kita, mereka, semua tau kan, ini sudah dominan 'perasaan' pertama dari istri pertamanya pak lostid, kedua dari ibu mertua. Ibu mertua pun akhirnya angkat bicara kepada pak lostid,


   "Los, sudah, loskan saja, istrimu ini, dia mungkin merasa sudah tak tahan lagi dengan derita yang dialami, karena kelakuan kau juga, kalau ibu sih tidak inginkan perpisahan diantara kalian, tapi karena dia trus-trusan keluhkan rasa sakit yang dideritanya, lebih baik kau ceraikan saja sudah !!

Pusing ibu ngelihat kalian engga pernah selesai keributannya,"


   Dengan nafasnya yang tersengal-sengal, ibu mertua pak lostid mendampratkan kata-katanya, karena ibu mertua hampir berumur 65th, tenaga yang tersisa dari waktu muda pun tidaklah banyak, 


   "Tapi bu ... Bagaimana nanti anak-anak, saya sedikit banyaknya sudah kenal karakter anak ibu, dia sedikit sorob*, pengaturan uangnya berantakan, kalaupun dia kerja, tetap saja, akan terjadi dislokasi keuangan, tapi kalau dia yang menggugat lewat pengadilan, saya bisa terima itu, kalau saya disuruh menceraikan dia, berat bagiku bu, ini melanggar kode etik pribadiku, aku tidak akan menceraikan wanita yang aku sudah nikahi, walaupun banyak wanita yang telah aku nikahi, aku tidak ada rencana menceraikan istri-istriku, tapi kalau mereka yang menggugat cerai ke pengadilan, ya itu terserah mereka, lagi pula mereka yang melepaskan ikatan 'nikah' ini, bukan saya,"


   Dengan yakin pak lostid mengutarakan tentang keteguhan dirinya, dia hanya pasrah dengan sesuatu yang bakal terjadi nanti, yang penting aku sudah berusaha memegang perinsipku, adapun hal-hal yang diluar kendaliku, aku serahkan saja kepada sang maha pengendali, walaupun nyatanya hampir semua tak bisa ku kendalikan tanpa bantuannya.


   "Lostid... Lostid... Ibu tau, ibu kenal, ibu setidaknya mengerti seperti apa kamu, bagaimana cara berpikirmu, caramu mengambil tindakkan, tapi los... Untuk saat ini, mungkin kamu harus melanggar perinsip dirimu, karena ibu tau anak ibu yang sekarang jadi istrimu, dia orang yang mengatur dirinya saja masih belum becus, apalagi masalah keuangan, ini lagi kalau kamu suruh dia ngurus gugatan, hanya untuk bukti kalau yang inginkan perceraian itu dia, dia belum bisa ngurus yang rumit-rumit seperti itu, bahkan dia engga mau berurusan dengan segala hal yang membuatnya rumit, bukan juga ibu membela dia, yang ada makin berantakan kalau dia yang urus gugatan cerai, ibu paham, paling nanti dia nyuruh orang lain yang mengurus surat itu, itukan bakal nambah keruwetan yang sudah ada, beda lagi kalau dia mau cari tau sendiri ke ke k.u.a setempat, ke kecamatan, tapi ibu yakin walaupun dia sudah tak tahan lagi hidup bersamamu, lebih tidak tahan lagi dia dengan segala keruwetan urusan surat gugatan cerai dari pihak istri. Maaf ya los, sepertinya kamu harus menceraikan dia."


   "Heeuum... Benar juga kan dugaanku, kalau sudah 2 perasaan bersatu, sangat menyebalkan," gumam pak lostid dalam diamnya, aku coba lagi menekan agar anaknya saja yang urus gugatan cerai itu,"


   "Tapi bu ... A ..k..u, aku tidak bisa seperti itu, tidak menceraikan sudah menjadi pilar perinsip hidupku yang paten, tidak, tidak pakai tapi,"


   "Lostid ...  Kan sudah ibu jelasin tadi, ibu tidak kuat lagi marah-marah ya, sudah terlalu sepuh, kamu coba pahami ini ya."


   "Hadaahh ... Geuleuh pisan 2 perasaan ini sudah terlalu menyatu, terkadang orang tua tetap membela anaknya walaupun di saat-saat genting seperti ini, toh lagian juga aku nikah resmi kok, nafkah pun lancar-lancar saja, ada apa sih mereka ini. Niat baik pun banyak rintangannya, kasihan wanita-wanita itu, walaupun sekiranya seluruh pria di dunia ini sudah menikah. Pasti masih banyak dari wanita yang tersisa, karena jumlah mereka terlampau banyak sekali, sudah banyak, maunya hanya dimengerti, sedikit yang bisa mengerti bagimana laki-laki, khususnya laki-laki sepertiku. Dalam keadan tunduk lontaran kata-kata pak lostid berkeliran begitu saja di lautan pikirannya yang bukan hanya tentang istri pertama dan anak-anaknya saja yang saling bertabrakan di benak pikirannya."


   "Bagiamana lostid, bisa kan, kamu turuti kata-kata ibu ... ?"


   "Ma..af.. maaf ya bu,bagaiaman kalau saya berikan uang jalan ke dia, supaya dia yang urus sendiri saja, masalah gugatan cerai ini, ini maaf, saya minta maaf banget atas kelancangan saya."


   ..... ibu mertuanya terdiam, seperti sudah terlalu lelah dibuatnya, karena dari dulu diantara sekian banyak anak-anaknya, hanya anaknya yang menikah dengan pak lostid saja yang keributannya tidak pernah padam, terus menyala, walaupun api keributan itu kecil, tapi ia trus menyala, hingga sampai saat ini, hingga mereka memiliki 4 anak, dan anak pertamanya pun sudah berumur 20th, sepertinya ia nampak bingung, ia memikirkan bagaimana nanti anaknya setelah cerai dengan pak lostid, di lain sisi dia pun kasihan karena terlalu sering anaknya menekan, mengeluh kepadanya tentang pak lostid.


   "Los..lostid... Nanti saya coba bincang lagi ya dengan anak saya, mungkin ada titik terang untuk kalian berdua."


    Pak lostid yang sedari tadi berdo'a agar ibu mertuanya berpihak kepadanya dan berharap agar istrinya berubah pikiran, masak karena aku punya banyak istri aja dipermasalahkan, toh itu semua kan aku berranggung jawab, tidak disia-sia kan begitu saja. Lagi juga aku kasihan dengan istri pertamaku ini, anak-anak kita sudah besar-besar, bisa dibilang kita sebenarnya sudah cocok untuk menimang 'cucu', tapi apa dayalah namanya juga 'the power of perasaan.'


   "Uya bu... Baiklah, saya menunggu kelanjutannya."


         ***


   Istri pak lostid tetap bersikeras tidak ada lagi hidup bersama lostid gila, bentar-bentar nikah, bentar lagi nikah, nikah kok di jadiin hobi. Perembukan pun telah di lakukan, ibu mertua pak lostid tetap tak bisa lagi membendung 'kebencian' anaknya yang sudah terlalu melaut, 


   "Bu, sudah ya, aku sudah capek, lelah, letih, sakit hati trus, hidup dengan lostid gila itu, biar aja dia puas-puasin menikahi semua wanita yang ada di bumi ini, aku sudah tak peduli lagi."


    Ibu terdiam sepi, pikirannya jauh melayang, membayangkan dulu awal-awal pernikahan anaknya lasmi dan lostid (putra pemilik tambang minyak terkemuka), guratan sesal yang mendalam di pelupuk mata ibu, tak bisa juga dia menahan lagi gejolak yang sudah teramat besar ini.


   "Bu ... Bu... Kenapa ibu berat, tadinya ibu memihak ke aku, ibu ... Dia udah bilang apa aja sih... Kok sampai bengong kosong gitu, aku tetap tidak akan mau walaupun dia gelontorkan dana sebanyak apapun, sekuat angin pun tekadnya aku takkan goyah, aku tetap tak sudi lagi bersama dengannya, sudah bu biar aku saja yang urus gugatan cerai, kalau dia memang sudah menjadikan 'tidak menceraikan wanita' sebagai perinsip batu, aku bisa kok bu urus ini sendiri"


   "Sudah lasmi, iya, kamu urus saja ya, biar urusanmu cepat selesai, dan kamu bisa fokus ngurus anak-anak, masalah biaya kehidupan anak, ibu yakin dia akan bertanggung jawab sampai anak-anaknya bisa mandiri."


   Perceraian dari pihak wanita pun terlaksana pada hari kamis 29 April 1995, kini pak lostid dan bu lasmi tak lagi satu bahtera, tapi pak lostid tetap menjaga komunikasi dengan anak pertamanya, dia pun tak lupa tentang kebutuhan anak-anaknya, ia percayakan pengaturan uang melalui anak pertamanya, meski ibu mertua, pak lostid tidak inginkan perpisahan terjadi. Tapi tak semua bisa benar-benar dikendalikan, bahkan hampir semua perkara, tanpa bantuannya akan berantakan jadinya, karena kita juga manusia, yang hanya bisa berencana, tapi ketentuan mutlak milik pencipta.



___________


hlb @rtd, kam 29 apr 2021.

Cerpen 20

Romadhon ke 17









Comments

Popular posts from this blog

6 ~Penduduk Langit

                                                                          Sen 14 Des 2020 6 ~Penduduk Langit وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ Terjemah Arti: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", . . . 172. وَإِذْ أَخَذَ رَ...

Deep Talk, tau diri #1

    Hal apa yang membuatmu jatuh cinta pada seseorang? Anonim Dijawab 10 bulan yang lalu Mungkin jawaban ini akan sedikit terdengar seperti sinetron, namun percayalalah, semua rasa yang sampai pada saya benar-benar nyata. Maaf kalau berantakan, saya bukan penulisdibi  chat. Kalau saya kirimi pesan jam 7 malam, baru akan di balas besok paginya. Ntah memang baru di baca atau di sengaja, saya tak tau, yang jelas hal seperti itu membuat saya tak pernah bosan dengandia. Lama-kelamaan kami mulai jalan berdua tanpa perlu di jebak lagi. pulang dinas saya sering bawakan dia yang sedikit spesial dari yang lain. Saya kirimi go food ke kampus atau tempat kerjanya dan akhirnya dia paham kalau saya suka dia sebagai seorang laki-laki, perhatian ini bukan sekedar abang ke adik lagi. Tapi dia menolak. Penolakan pertama yang saya terima. Ketika banyak yang secara fisik dan materi lebih baik dari dia dan menginginkan saya, dia justru menolak saya. Alasannya karena kami berbeda dar...

Review Drama Teater Koma Dengan Judul “Calon” Karya N.Riantiarno

Review Drama Teater Koma Dengan Judul “Calon” Karya N.Riantiarno      Seni pertunjukan yang berjudul “Calon” karya N.Riantiarno menggunakan pendekatan  sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu. Namun, menurut Soerjono Soekarno mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri  terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti  memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan  kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Jadi kesimpulannya arti dari pendekatan sosiologi tersebut adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.  Dalam drama teater koma yang berjudul “Calon” karya N.Riantiarno dan disutradai oleh Rangga Riantiarno.  Teater ini menceritakan tentang  dua...