14
Menguap atau menetap ?
Kam 24 Des 2020
Yang menetap, menetap yang menguap ya menguap konsekuensi kehidupan, bukan yang terpenting hidup, cuman gemana bikin hidup jadi lebih hidup,
Karena kalau hidup sekedar hidup, kerbau di sawah pun hidup. Hidup harus kerja, penuh dengan kerjaan,
Kerja ! Kerja ! Kerja !
Siap ! Siap ! Siap !
Sekarang yang jadi pertanyaan, apa yang mau dikerjakan ? UUD di obrak - Abrik semau nya, kerja jualan pulau,
Kerja gemana dulu nih, atau kerja ngerjain orang dari berbagai sisi nya, baik yang umum maupun yang khusus,
Kalau hidup adalah kerja, kuda dan sapi pun kerja keras di tempat dan waktu nya masing - masing,
Wah kalau kaya gini apa dong yang membuat hidup jadi lebih hidup dan beda dengan binatang,
Lebih hidup disini maksudnya bener - bener hidup dengan penuh semangat, penuh dengan cita - cita, akhirat maupun dunia
Tempat kita menetap sebelum menguap ?
Kalau ada yang bilang hidup gue gini2 aja,
Flat bener, kaya gue udah bosen hidup . . . Pengen mati aja gue . . .(🤣🤣🤣), yaudah gih mati aja, ntar gue siap nyari tempat kosong yang gratis dah untuk proses pembumian.
Nah trus gemana biar hidup ga flat2,, mungkin flat sesekali si wajar, dalam pertahunnya mengalami beberapa kali saja.
Lah tapi kalau flat nya berbulan - bulan, apa ga sayang dengan waktu yang tidak akan bisa pernah kembali dan menghilang begitu saja.
Kalau hidup dan bekerja saja, hewan pun hidup dan mereka bekerja, jadi kita ulang lagi gemana biar ga sama kaya hewan yang sebenarnya sama2 hidup dan bekerja juga.
Mari kita tilik ke petunjuk berikut 3.104
(وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةࣱ یَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَیۡرِ وَیَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَیَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)
[سورة آل عمران 104]
104. وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ (Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat) Yakni hendaklah segolongan diantara kalian yang senantiasa mendirikan kewajiban berdakwah, memerintah kebajikan, dan melarang keburukan.
Dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah hendaklah kalian semua menjalankan kewajiban dakwah, memerintah kebajikan, dan melarang keburukan.
Namun pendapat pertama lebih dekat kepada kebenaran.
يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ (yang menyeru kepada kebajikan) Yakni dengan mengajarkannya, memberi nasehat dan petunjuk.
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ (menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar) Yakni dengan tangan atau lisan. Dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada yang mungkar adalah bagian dari fardhu kifayah, yang dikhususkan bagi pemilik ilmu yang mengetahui perihal apa yang diajarkannya dan apa yang dilarangnya.
Dan kewajiban menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada yang mungkar ini berdasarkan apa yang termaktub dalam al-qur’an dan as-sunnah, dan ia merupakan salah satu kewajiban yang paling mulia yang ada dalam syariat yang suci ini dan juga merupakan asas penting dari asas-asas syariat,
karena dengannya sempurnalah aturan-aturannya, karena pemeluk setiap agama telah melenceng sebagian mereka dari agamanya disebabkan kebodohan mereka tentang agama atau karena mengikuti hawa nafsu mereka.
Atau mungkin karena lalai dalam menjalankan kewajiban mereka, atau mungkin saling menzalimi diantara mereka, maka apabila tidak ada orang yang membenarkan jalan mereka, menunjukkan petunjuk kepada yang tersesat, menasehati yang lalai, dan menghentikan tangan zalim,
maka kesesatan akan semakin banyak dan semakin besar hingga agama akan dilupakan dan akan berubah Batasan-batasannya.
Dan Allah telah mempringati kita agar tidak seperti apa yang terjadi pada Bani Israil. Yang Allah telah melaknat mereka karena meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar lewat firman-Nya:
ذٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ
كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (al-Maidah: 78-79)
وَأُو۟لٰٓئِكَ
(Mereka itulah) Yakni golongan yang menjalankan apa yang disebutkan.
هُمُ الْمُفْلِحُونَ(orang-orang yang beruntung) Yakni orang-orang yang mendapat kekhususan dengan keberuntungan.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
(Referensi: https://tafsirweb.com/1236-quran-surat-ali-imran-ayat-104.html)
Dapat beberapa poin yang menjadikan kita punya nilai lebih di sisi nya ;
- menyeru kepada kebaikan, mengajarkan
Nya
- menyuruh kepada yang ma'ruf
- melarang kemungkaran
Kalau tiga itu menjadi prinsip di kehidupan kita sebagi seorang muslim, maka kita akan sangat berbeda dengan hewan-hewan yang setiap hari hidup dan bekerja,
Solusi langit biar hidup dapet kategori beruntung, ini pasti, pasti bener2 beruntung di sisi pencipta langit, bumi dan seisinya, jadi harus bener2 harus ada hal2 yang dibikin menetap dan ada yang harus dibikin menguap,
Yang harus menetap dan dipaksakan menetap di diri manusia biar ga disamain dengan hewan yang notabene hidup dan bekerja,
1. Harus jadi contoh dalam berbuat baik, mengajak, mempengaruhi, menyemangati orang2 sekitar dari yang terdekat dulu, dan terjangkau agar buat baik menjadi harga mati walau diperlukan tidak baik, tentunya baik menurut pencipta dan utusan Nya . . .
Bukan baik menurut orang - orang yang telah dipengaruhi setan dan teman - temannya yang kurang baik.
2. Jadilah penyeru atau yang memerintah dalam kebaikan (tapi jangan jarkoni)
3. Harus menjadi prinsip benci terhadap kerusakan, jangan malah jadi perusak dan mencegah dari kerusakan itu sendiri dengan segenap kemampuan yang dimampunya,
Jadi menguap atau menetap tetap ada porsi nya masing-masing .
Comments
Post a Comment