~20 Tidak ada perbedaan antara orang yang membaca dengan tajwid dan orang yang meninggalkannya kecuali seseorang yang melatih pengucapan dengan mulutnya
~20
وليس بينه و بين تركه الاّ رياضة امرئ بفكّه
Tidak ada perbedaan antara orang yang membaca dengan tajwid dan
orang yang meninggalkannya kecuali seseorang yang melatih pengucapan
dengan mulutnya
.
.
.
Sepotong kutipan matan jazary di bait ke 33, tanda syukur itu adalah trus latihan, trus muroja'ah, trus membaca, trus berusaha mempraktekan dari tiap ilmu yang telah di pelajari, trus mengulang, truslah dalam kebaikan.
Ketika seseorang sudah memutuskan dirinya untuk menghafal, maka dia harus menyirami pohon hafalan di setiap harinya. Karena kalau tidak, phon hafalan akan layu dan bisa pudar lalu hilang,
begitupun ketika kita menanam bibit, maka kitalah yang bertanggung jawab keberlangsungan bagi bibit, bibit dan hafalan sebagai dua pembuka yang berkaitan.
Terkait dengan latihan yang berdampak kurang baik ketika latihan hanya di awal saja, mengabaikan tengah dan akhir, sebahagian orang ada yang memutuskan untuk melatih tubuhnya dengan berbagai disiplin, seperti beladiri salah satunya.
Di dalam beladiripun termasuk di dalalamnya berbagai latihan otot seperti yang banyak ditemui di gym, faktanya kawan kalau kita lagi semangat2nya latihan fisik baik ; push up, sit up, pull up. Kita akan merasakan kesegaran yang luar biasa.
Berbeda ketika tidak melakukan latihan fisik, tubuh terasa lemas dan kurang semangat. Ketika latihan itu dikonsistenkan maka akan berdampak pada tubuh yang terasa lebih bugar dari sebelumnya, inipun sebagai salah satu dari sekian banyaknya rentetan persiapan yang harus disiapkan bagi seorang muslim.
Yang jadi fokus problemnya, ketika malas datang dan melenyapkan semuanya, ditinggalkannya hafalan, bibit yang sudah mulai bertunas, tubuh yang sudah membaik, musuh utamanya diri sendiri.
Beberpa orang banyak yang bisa mengalahkan musuh atau rival kuat dikehidupannya, tapi masih ada satu yang belum bisa dikalahkan diri sendiri beserta nafsu buruknya,
Begitu pula berbagai contoh lain yang ada seperti belajar tahsin, mulai dari makhorijul huruf dan teman2nya. Dua samapi tiga bulan awal belajar merasa sudah macam pakarnya, ahli di bidangnya.
Tapi ketika pasukan lesu dan malas menginvasi, kemudian tidak adanya perlawanan terhadapa berbagai serangan !! Hasilnya ? Semua nampak seperti tanah yang tidak pernah ditumbuhi apa-apa.
Setelah sekelumit problem yang ada, ternyata titik permasalahannya tertumpu pada satu "mengekalkan perbuatan baik sampai mati" sehingga bisa mati dalam keadaan melakukan rangkaian perbuatan baik,
Solusi setelah invasi yang begitu melekahkan, mari kita mencoba untuk belajar dari 21.34
(وَمَا جَعَلۡنَا لِبَشَرࣲ مِّن قَبۡلِكَ ٱلۡخُلۡدَۖ أَفَإِی۟ن مِّتَّ فَهُمُ ٱلۡخَـٰلِدُونَ)
[سورة الأنبياء 34]
Dan Kami tidaklah menjadikan bagi seorang manusia sebelummu (wahai Rasul) keabadian hidup di dunia. Apabila kamu meninggal, apakah mereka akan berharap hidup abadi sepeninggalmu? Ini tidak akan terjadi. Dalam ayat ini termuat satu dalil bahwa nabi Khadir telah wafat, karena dia adalah manusia.
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Tidak pernah seseorang atau suatu generasi sebelum nabi Muhammad yang kekal, begitupun nabi Muhammad dan generasi2 setelahnya, semuanya punya waktu terbit dan terbenam pada akhirnya,
Itulah keindahan dunia ini, bagaimana bisa dibilang indah kalau matahari selalu terbit tanpa terbenam sekalipun, begitupun sebaliknya,
Sebuah pondasi kokoh untuk mindset kita semua "akan terbenam" pondasi akan terbenam inilah yang menjadikan serangan balik dahsyat ketika lesu dan malas menyerang. Dan akan memperkuat benteng perbuatan baik yang telah lama dibangun, In Syaa Alloh . . .
(Referensi: https://tafsirweb.com/5546-quran-surat-al-anbiya-ayat-34.html)
Comments
Post a Comment