Nikah. Nikahin aja !
.
.
Beda intonasi beda makna, nikah bukan hal bisa diburu-buru ketika mental kedua calon pengantin belum siap betul, atau hanya satu diantara mereka yang sudah bermental "siap".
Terkadang laki-lakinya yang bermental cengeng, kadang juga sebaliknya.
Bermental cengeng lebih suka nyalahin sepihak dan lupa aib sendiri yang tidak kalah banyaknya, biasanya perempuan yang sering nyalahin sepihak dan tidak mau disalahkan.
Suasana bgitu berperan hanya untuk sekedar menggerakan keinginan manusia, padahal segala sesuatunya harus lebih dipersiapkan bukan sekedar diperkirakan tanpa ada kenyataan dan juga kesadaran.
Bukan sekedar ikut-ikutan yang pada akhirnya berujung penyesalan bahkan kesedihan. Waktu banyak habis untuk mengikuti apa yang orang-orang lakukan tanpa berkaca terlebih dulu, siapkah ? Mampukah ? Apa hanya karena malu orang-orang yang seumuran sudah banyak yang menikah ?
Jawaban ada pada diri masing-masing ga usah pura-pura bingung.
Nikah bukan sebercanda itu, nikah dapat masalah maunya pisah, nanti cari lagi nikah lagi. Pasti suatu saat nanti ujian akan datang lagi dengan bentuk yang berbeda, lalu mau pisah lagi ? Pisah nikah pisah nikah mau sampai kapan ? Apa mumpung masih hidup ? Nantikan kalau sudah mati ga bisa kaya gitu lagi !!
Kenapa ga terpikirkan menyelesaikan masalah bersama bukan saling menyalahkan bersama, bersama-sama mencaci maki, merasa paling merasa benar sendiri.
Ada lagi orang-orang yang sudah kepalang hamil, kemudian orang tua pihak wanita menuntut keras supaya dinikahkan karena malu anaknya hamil diluar nikah sebelum banyak yang tau, udah nikahin aja padahal ga bisa kaya gitu, melahirkan dulu baru nikah, ya agama hanya untuk hari kelahiran, kematian, zakat dan yang enak-enaknya aja.
Beda lagi nikah. Ini nikah sadar dan kedua belahpihak tidak sama-sama terjebak di masa lalu mereka, niat beneran !
Komitmen bersama, baik suka duka pantang saling menang sendiri, kalaupun terjadi kesadaran dari salah seorang diantara mereka akan muncul, tidak seperti anak kecil yang tidak ada kamus kalah,mengalah, apa lagi minta maaf.
Kebersamaan lebih di utamakan, evaluasi ke niat utama lebih disuarakan ketimabang merasa paling benar sendiri.
Tapi ada juga kondisi "nikahin aja" bagi orang terntu dengan cara pandang tertentu, dia memilih "nikahin aja" karena udah ga mikirin dirinya sendiri lagi, kasian dan ingin membantu bukan karena "nafsu" karena dia tau orang dihadapinya orang sudah memang harus di tolong baginya, dengan mode "nikahin aja".
Karena memang tampangnya engga banget itu mungkin.
Tapi memang keduanya punya keunggulan, tergantung bagaimana menyikapinya. Karena tidak setiap niat baik, perbuatan baik disambut dengan baik. Kebanyakan sebaliknya.
Terkadang personal-personal yang dalam kondisi seperti inipun terbuai dan lupa diri, masih aja ngeklaim "gue mah banyak yang mau !! Hayalan bodoh tanpa kaca dan tidak tau diri.
Sel 19 jan 2021
@دار الرّازاق ...
Comments
Post a Comment