Wasiat ke12
Jangan sekedar meminta, bersyukurlah #3
Jaraang orang tahu, Abert enstein menggaungkan ratusan kata 'terima kasih' saban hari. Seorang penulis international best seller pun nengungkapkan, ucapan 'terima kasih' - tentu saja yang dihayati dengan penuh rasa syukur-dapat menyamankan otak kanan. Catat itu! Menyamankan otak kanan! Juga menyamankan telinga orang yang mendengarnya. Bukankah syukur merupakan salah satu prasyarat menuju keihklasan? Tambahan lagi, kata 'syukur' dan rasa syukur memendam setumpuk manfaat lain, diantaranya memungkinkan anda menerawang hikmah dari beebagai kejadian (blessing in disguise).
Dahulu kala disebuah desa kecil hiduplah seorang tuna netra bernama Abu. Hampir sepanjang hidupnya ia habiskan untuk berkeluh kesah, "Tuhan, kenapa aku terlahir dalam keadaan buta? Apa salahku?" Pokoknya, tiada hari tanpa mengeluh. Sampailah suatu ketika, sekelompok primitif dari hutan menyerang desa Tersebut. Rupa-rupanya, orang-orang primitif ini adalah kanibal. Maka, dipimpin oleh seorang kepala suku yang ganas, mereka menangkap semua pemuda desa termasuk si Abu, dengan tujuan untuk dijadikan bahan makanan.
Ditengah perjalanan menuju hutan, tiba-tiba sang kepala suku Berseru, "hai semua! Coba perhatikan baik-baik pemuda itu!" Telunjuknya mengarah ke si Abu. "Dia buta! Ah, yang benar saja? Makan daging orang buta siapa yang mau?
"Lepaskan dia!" Tidak tunggu lama, si Abu pun langsung di bebaskan. Sembari mencari-cari jalan pulang seorang diri, si Abu menangis terisak-isak, "maha suci engkau ya tuhan! Aku bersyukur aku terlahir dalam keadaan buta." Semenjak itu, dia tidak pernah lagi mengeluh sampai akhir hayatnya. Demikianlah, hanya dengan bersyukur seseorang dapat menerawang hikmah dari berbagai kejadian.
Apalagi ia telah berkomitmen di dalam kitab-Nya, "sesungguhnya jika engkau bersyukur, niscaya aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepada engkau." Dan tentunya kita yakin bahwa ia tidak bakal mamgkir. Jadi, janganlah kita cuma pandai meminta pada-Nya. Kita juga mesti pandai bersyukur-salah satu wasiat paling penting di buku ini. Orang jawa bilang, "sing resik uripe bakal mulya." Sesiapa yang bersih hatinya akan mulia. Itulah ending-nya.
Akhirnya, dengarlah doa seorang bocah yang masih polos,
"Tuhan, engkau 'kan tahu, sepatu ini sudah rusak berat. Tapi tidak apa-apa. Aku tetap bersyukur. Paling tidak, aku masih bisa pergi ke sekolah, terima kasih tuhan! Tetanggaku bilang, orang-orang sedang mengalami gagal panen, beberapa temanku terpaksa berhenti sekolah. Tuhan, tolong bantu mereka, supaya bisa sekolah lagi."
"Oya, semalam ibu memukulku. Mungkin karena Aku nakal. Itu memang menyakitkan, tapi pasti sakitnya segera hilang. Aku tahu engkau akan menyembuhkan sakit itu. Yang penting, aku masih punya seorang ibu. Tuhan, tolong jangan marahi ibuku, ya? Dia hanya lelah, juga panik memikirkan biaya sekolahku. Terakhir, tuhan. Rasa-rasanya, aku sedang jatuh cinta. Ada seorang pria yang tampan di kelasku. Menurut engkau, apakah dia Akan menyukaiku? Tapi apapun yang terjadi, aku tahu engkau tetap menyukaiku. Terima kasih Tuhan!"
Tidak usah anda pertanyakan benar atau tidaknya cerita tadi, karena seorang bocah diluar sana benar-benar telah melakukannya.
__________________
13 wasiat terlarang
Dahsyat dengan otak kanan
Ippho santosa, gramedia jakarta-2008 hlm 94-96
Comments
Post a Comment