Badai Pasti Berlalu
Badai pasti berlalu, mau dengan tragis, nangis atau manis, pasti berlalu. Banjir Nabi Nuh pun sudah berlalu, apalagi masalah yang sekarang sedang dihdapi orang-orang yang tidak lebih besar dari banjir pada zamannya nabi nuh (masalahnya).
Mereka tiga orang itu; randem, seldem, berem, kakakNya bernama Randem dan kakak kedua bernama Seldem, mereka berdua termasuk kategori anak pintar dan cerdas, sudah pintar dan cerdas, merekapun punya tampang, jadi teman-teman sekitar bertingkah segan dengan mereka.
Sayang beribu sayang, randem dan seldem harus menahan rasa malu yang sudah lama hinggapi mereka berdua, mereka disukai oleh banyak teman, tapi guru-guru nampak jelas sinis kepada mereka, dan itu sangat mereka rasakan. Randem dan Seldem tiap malam, bertukar cerita "betapa sulit rasa yang mereka rasakan," mereka kadang bercerita bersama, randem dan seldem.
Sampai pernah sang kakak "Randem" mengusulkan ke adikNya Seldem, "de kita kabur aja yo' kemana lah terserah, aku sudah tak tega lagi dengan guru-guru yang habis tenaga, pikiran, waktuNya hanya untuk mengajar kita yang nunggak spp sampai satu tahun lebih, ia menambahkan ini memalukan banget de, percuma tampang dan otak kita, kalau seperti ini, apa bedanya kita dengan pejabat-pejabat yang korup,"
Seldem yang menyimak sedari tadi saran kakakNya, pun bingung, "kak kalau kita kabur dari sekolah ini, bagaimana,,"
Seldem terdiam ...
"Bagaimana apaNya Sel?"
"Engga kak, ngga jadi !!"
"Udah deh, Sel, kita juga ngga bisa nyalahin ortu, trus-trusan, mungkin ya mereka hanya sampai sini kemampuan maksimalNya."
"Kak Ran...."
"Iya gimana, kamu, sependapatkan, dengan aku ?"
"Bukan itu kak !!"
"Lalu ... ?"
"Aku tuh ngga kebayang kak, bisa-bisaNya jadi seperti ini ?"
"Yah de... Emang gini kehidupan nyata mah, kejam, tanpa iba, aku pun sedih sel ... Tapi, sepertiNya kita sudah ngga bisa lagi dee, menahan ini semua dan kita harus segera berambus (pergi) dari sini !!,"
"Tapi ka ran, gimana si berem ....!!"
"Dia sebentar lagi pindah ke posisi nyaman sel, karena kabar terbaru yang aku dapat, ada orang tua yang siap menjadi orang tua asuhNya, mereka dari Indramayu. Sudah lah sel, tinggal kita berdua yang kunjung belum mendapat Orang Tua Asuh. Walaupun aku yakin Orang Tua kita di Rumah psti kecewa karena kita kabur dari sekolah. Habis kita juga sudah terlalu kecewa dengan kondisi kita, aku tidak tega mendapatkan ilmu dari mereka yang anak dan keluargaNya menjerit kelaparan, sedangkan kita, mendapat itu semua dengan mudah dan tanpa bayar spp setahun lebih, kita jahat, benar-benar jahat, penjahat sebenarNya !!"
"Ka ran .... Tapi kita mau kemana ??"
"Tenang sel, aku punya kawan di daerah dekat pesisir cirebon, perbatasan dengan indramayu, di sana kawanku bersama orang tuaNya punya usaha batik. Kita kesana kita bekerja, penuh waktu, lalu kita kumpulkan uang, sampai mampu membayar hutang spp kita selama setahun lebih, sekalian juga spp buat berem. Kalau masalah sekolah bisa nanti kita ikut aja paket C, yang penting hutang spp kita dan berem sel."
"Iya kak... Tapi aku... Takut..."
"Ga ada tapi-tapi, ga ada juga takut-takut. Sudah kita jalani saja, memang seperti ini kenyataanNya, yang penting kerjaan itu halal, trus kita banyak-banyak berdzikir aja, istighfar trus, biar kita dilindungin dan dimudahkan selalu segala urusan kita sel."
"Trus ka... Sambil pasang muka mewek, seldem merem, takut kakaNya marah, karena dia tau kakakNya seorang yang berpendirian kokoh dan pantang menyerah, berbeda dengan dirinya yang gampang nangis, cengeng dan penakut. Ini ka, nanti kalau Orang Tua kita, Orang-orang sekolah gempar karena kelakuan kita gimana !!"
"Seldem sayang, sebelum kamu memikirkan ini dan itu, kakak sudah memikirkan hal ini jauh-jauh. Nanti kakak yang urus, akan ku telepon ke pihak sekolahan sekalian orang tua kita, aku akan jelaskan kepada mereka, seperti yang aku bilang tadi, kita tidak tega belajar dengan santai menyerap ilmu-ilmu yang guru-guru sampaikan. Sedangkan kita 'nunggak' spp sampai setahun lebih, sudah in syaa Alloh aku yang tanggung jawab ya, atas tindakan kita ini. Kamu hanya perlu ikut aku aja, aku butuh teman ngobrol sepertiMu, karena kamu tidak tergantikan."
"Seldem sebenarnya ragu, bimbang, kesal, stress atas semua ini, dia takut kenapa-napa dengan mengikuti kemauan kakakNya, tapi disisi lain ia pun iba bila harus membiarkan kakakNya pergi sendiri dari sekolah. Dengan itu akhirNya dia berusaha kuat dan tersenyum atas semua arahan kakakNya tadi, baiklah kak, kita coba terjang yah, jalan pilihan revolusional ini, Bismillah ... Let's go kak ran !!"
"Ok sel, sambil tersenyum lebar ...ke adikNya seldem, Ooh ya kamu pasti bertanya, apakah berem sudah dikabarkan atau belum, ya kan...?"
"Iya kak, nanti gimana kalau dia cari-cari kita... ? Kasian juga lho kak !!"
"Tenang sel, sebelum kamu khawatir, aku telah lebih dulu mengkatirkanNya, aku sudah berbincang sedikit tentang rencana revolusional ini. Memang sih awalNya, dia langsung peluk aku, karena kan jelas otomatis dia kebingungan. Karena kita di sekolah ini selalu bersama, berbagi cerita, ngerjain PR bersama di ruang tamu, malam-malam terasa lebih berbintang dan penuh warna kalau diingat-ingat kembali kenangan kita sebagai kakak beradik. Randem, Seldem, Berem. Dia tuh khawatir banget lanjut randem kepada seldem, nanti aku gimana kak, trus kakak juga emang benar udah yakin nih, keputusan kakak seperti ini bersama kak seldem, ia adikku sayang ini memang pilihan berat, tapi harus dilakukan kalau tidak tidak akan pernah ada perubahan nantinya, tapi jelas dik, semua harus dipasrahkan sama sang pencipta alam semesta, kami berdua hanya berusaha, gagal atau berhasil bukan urusan kami, yang penting sudah berusaha. Kamu harus kuat ya dik.."
"Iya kak, aku akan berusaha sekuat tenaga atas kejadian ini, lagi pula aku kan sebentar lagi punya Orang Tua Asuh dari 'Indramayu', aku harus lebih menjaga sikap dan belajar lebih giat lagi, kakak baik-baik aja ya disana, jaga kak seldem ya... I love u All kakak ku."
***
Pagi itu, pagi sekali, sebelum ayam berkokok, Randem dan Seldem telah siap untuk kabur dari sekolahNya yang penuh dengan kenangan indah bersama disana. Terpaksa mereka tinggalkan sekolah itu, demi "membayar hutang". Karena prinsip Randem sebagai kakak tertua, hutang adalah benalu, peresah, penjagal kebahagiaan, ketentraman yang harusnya hadir, menjadi hilang karena hutang.
Akhirnya tibalah Randem dan Seldem di rumah kawanNya "Pengusaha Batik". KawanNya terperanjat, "alah mak, apa lagi ini yang kalian perbuat !!?,"
"Begini zill, kita terpaksa kabur dari sekolah dan meninggalkan berem disana sendiri. IntinNya kita kesini mau kerja zill, karena hutang spp kami sudah hampir dua tahun belum bayar-bayar juga, mau ngomel sama Ortu, mereka sudah terlalu banyak bersusah payah sampai kami se-usia ini. Aku dan Seldem memutuskan putus sekolah, dan kerja di batik, dengan harapan, hasil kerja kita bisa buat bayar hutang spp kita yang sudah hampir dua tahun itu zill !!.
"Kalian ini, sudah kuanggap seperti keluargaKu saja, randem, seldem, dan berem. Dulu semenjak aku belum keluar dari sekolah itu, juga ada terbesit di hatiKu, ingin membantu kalian, karena melihat kalian itu anak yang cerdas, pintar, dan bertampang, sayang banget rasaNya kalau harus putus sekolah, kalau aku kan berhenti dari situ, karena bapakKu meninggal, jadi ngga ada yang ganti posisi beliau, terpaksa aku berhenti dan ikut paket C nantiNya. Aku, ibuKu sangat Welcome atas kedatangan kalian, cuman masalahNya kalian kan harus segera memberi tau ortu dan pihak sekolah atas tindakan kalian ini, pasti ini membuat gusar banyak pihak, bisa-bisa jadi _hot news_ dua anak gadis hilang, yang berasal dari kebayoran. Wah ga kebayang deh. Kamu kabarin dulu ya, sekarang !!.
***
Setelah Randem memberi kabar ke semua pihak, dan akhirNya semua pihak terpaksa melepas mereka berdua, dengan harapan tidak ada lagi yang seperti mereka, untuk kedua kaliNya.
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, bulan berganti tahun. Tak terasa mereka sudah berhasil membayar semua hutang spp yang hampir dua tahun itu, di bantu juga oleh kaka nomor satu dari urutan keluarga mereka, yang bekerja dan di tinggal di selangor.
Randem dan seldem pun telah meraih paket C nya bersama Zill, dan kini mereka sedang melihat adikNya yang telah lama ditinggal mereka, berem sekarang sedang pelepasan dari sekolah itu, ia penuh haru melihat perjuangan dua kakak perempuanNya, yang dia idolakan dan berem bertekad ingin menjadi seseorang wanita yang memiliki tekad baja dalam "kebaikan".
Selesai di bawah pohon mangga, @rtd kamis 25 mar 2021
©hlb
Comments
Post a Comment