Skip to main content

Tidak Berlebihan Mengambil Keuntungan Dalam Berbisnis.

 



   

    Tidak Berlebihan Mengambil Keuntungan Dalam Berbisnis.



   Diantara bentuk toleransi dalam berbisnis yaitu tidak berlebihan dalam mengambil keuntungan, maka berapa keuntungan yang bisa kita ambil ?  Malikiyah menentukan batas maksimal keuntungan yang diperbolehkan untuk diambil oleh pembisnis yaitu ⅓ seperti halnya wasiat. Sementara mayoritas fuqoha tidak sependapat dengan malikiyah. Menurut mereka, keridhoan (kesepakatan) kedua belah pihak antara penjual dan pembeli menjadi kunci utama dalam memperoleh keuntungan. 


   Pendapat mereka diperkuat oleh hadits Urwah bin Abi Al-Ja'd Al-Barqi, ia diperintahkan Nabi ﷺ untuk membeli seekor domba dengan harga 1 dinar dari Nabi ﷺ. Kemudian Urwah pun berangkat dan membelikan 2 domba dengan harga 1 dinar. Ketika Urwah dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menawarkan domba tersebut dengan harga 1 dinar, maka dijual-lah salah satu domba tersebut dengan harga 1 dinar oleh Urwah.


   Ketika sudah sampai, Urwan pun memberikan 1 ekor domba dan 1 dinar kepada Nabi ﷺ, lantas Nabi ﷺ bertanya, "Bagaimana engkau melakukannya?" Kemudian, Nabi ﷺ mendo'akannya "Semoga Allah Subhanahu Wa ta'ala memberkahi setiap transaksinya." (HR. Baihaqi). 


   Meskipun kita mendapati Urwah mendapatkan keuntungan 100% dari hasil penjualan dombanya. Namun, Nabi ﷺ mendo'akannya agar selalu diberkahi setiap transaksinya oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Namun para ulama sepakat, dengan mengambil sedikitnya keuntungan dalam jual beli merupakan bentuk dari toleransi dalam berbisnis. Dan ini juga merupakan salah satu strategi dalam berbisnis, sehingga menarik banyak pelanggan. Dan tidak lupa juga dalam mengambil keuntungan yang sedikit ini harus selalu berdo'a kepada Allah Subhanahu wa ta'ala untuk diberkahi disetiap transaksinya.


   Seperti kisah Abdurrahman bin Auf salah satu sahabat Rasulullah ﷺ, yang sukses dalam berbisnis. Menjadi ciri khas Abdurrahman bin Auf dalam berbisnis yaitu mengambil sedikit keuntungan dalam jual beli, karena Abdurrahman bin Auf mengutamakan keberkahan dalam bisnisnya.



Sumber : buku "Beginilah Rasulullah Berbisnis" 


Writed by : Khusmayadi

@rtd, rabu 10 maret 2021




Comments

Popular posts from this blog

6 ~Penduduk Langit

                                                                          Sen 14 Des 2020 6 ~Penduduk Langit وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ Terjemah Arti: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", . . . 172. وَإِذْ أَخَذَ رَ...

Review Drama Teater Koma Dengan Judul “Calon” Karya N.Riantiarno

Review Drama Teater Koma Dengan Judul “Calon” Karya N.Riantiarno      Seni pertunjukan yang berjudul “Calon” karya N.Riantiarno menggunakan pendekatan  sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu. Namun, menurut Soerjono Soekarno mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri  terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti  memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan  kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Jadi kesimpulannya arti dari pendekatan sosiologi tersebut adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.  Dalam drama teater koma yang berjudul “Calon” karya N.Riantiarno dan disutradai oleh Rangga Riantiarno.  Teater ini menceritakan tentang  dua...

Ketakutan Yang Mengejar

       Kegelapan kaubuat dengan keraguan, kau yang menyalakan sumbunya, tentang keputusan saja, kau serapuh itu.     Manusia macam apa kau itu?    Melihat aib orang lain lihai, aib sendiri kau buta.     Sesal itu menari di kepalakau, kantuk pun takut tuk datangi matakau. Bingung pun mengelilingikau, lawankau itu bahaya.    Siapa yang mau menemanikau kalau begini terus sikapkau? Mengusir kekurangan diri, melemparkannya ke orang lain.    Tahu begini, lebih baik lambat asal tepat, dari pada cepat, tapi sesat. Kini terpenjara di dalam jerujikau sendiri.    Cls, Sen, 080724, 00:10, halub© #ketakutan #kegelapan #ulahsendiri     Dirikau Sebenarnya Ketika Dihadapkan Tekanan Terdahsyat    Buah diperas tetap buah. Manusia tidak begitu, Bisa berubah sesuai yang tekanan inginkan, Bisa juga lari tak kembali lagi. Pilihan dan tingkat ketakutan pasti berbeda, Satu dengan yang lain.   ...