Udah bodoh, keras kepala
Orang-orang tau bodoh itu seperti apa, kemudian muncul respon terhadap stimulus yang dilakukan si bodoh.
Di ingatkan si bodoh "kamu salah" ini bukan seperti ini melakukan nya, si bodoh : yang penting yakin tuhan itu satu.
Orang-orang yang tadinya peduli dan kasihan melihat kesalahannya jadi enggan setelah melihat sikap-nya, orang-orangpun yakin dia bisa lebih baik kalau saja lebih sabar sedikit saja, tidak usah banyak-banyak.
Keras kepala sudah mendarah daging di otak kepalanya si bodoh, karena si bodoh beranggapan 'ini sudah benar kok, ngapain juga saya tidak yakin dengan tindakan saya'.
Yang jadi pertanyaan, tindakkan benar kaya gini itu benar menurut perkumpulan orang bego atau goblok ?
Orang-orang yang tadinya pedulipun, makin muak.
Hmf, matipun kita sudah tidak peduli, menengok ke bendera kuning pun buang-buang energi, sudah terserah saja,
Semoga bodoh ini berhenti pada si bodoh saja,
Semoga keras kepala pada kesalahan ini berputar pada si bodoh saja,
Jangan sampai yang lain tertular penyakit tidak nyambung nya si bodoh, cukup sampai di si bodoh saja dan menyelimuti si bodoh seorang.
Sebenarnya bodoh, boleh-boleh saja, asal jangan keras kepala dan merasa "benar" apalagi ketika orang lain yang sudah pernah mengalami fase bodoh yang si bodoh alami, peduli dan merasa kasihan, dan orang lain merasa sudah pernah melalui fase itu, makanya oranglain peduli dan ingin memberikan beberapa hal yang solutif, tapi terkadang si bodoh ada yang berjenis "keras kepala", nah ini yang susah.
Keras kepala, memang sih rata-rata kepala manusia keras, kecuali kepala bayi masih lembut.
Keras kepala ini yang jadi persoalan bersama bagi orang lain,
Kalau dipukul, nanti lebih kasian lagi melihatnya 'berlumuruan darah segar yang mengalir' lalau nantinya malah kita yang jadi biang nya dari si bodoh, kalau dibilangin si bodoh malah berujar 'yakin tuhan hanya satu'.
Jawabannya benar tapi bukan di soal yang sedang dia hadapi,
Bukan untuk kondisi yang sedang dia hadapi jawaban 'yakin tuhan hanya satu'.
Masalahnya si bodoh ini memakai sandal kanan di kaki kiri, sandal kiri di kaki kanan, baju di pakai buat celana, celana dipakai buat baju.
Orang lain yang melihat iba sekali dengan nya, dan ada yang berada diantara orang lain pernah merasakan hal yang sama seperti yang dilakukan si bodoh, karena mungkin siapapun pasti melalui jalur kebodohan sebelum sampainya di jalur ketidakbodohan, nah orang lain yang melihat dan pernah merasakan, menginginkan kebaikan, menginginkan kebodohan Si bodoh segera berambus,
Tapi itulah proses, ada masanya dia keras kepala dan merasa benar akan kelakuan dengan berdalih 'yakin tuhan hanya satu'. Kan disitu kesalahan nya jelas 'memakai sandal kiri dikanan, baju dipakai buat celana, celana buat baju,
Orang lain peduli "yakin kamu seperti ini cara berpakaian-nya?" Si bodoh menjawab dengan kepintaran, kecerdasan, kejeniusan yang menurut daya ukur khayalan-nya.
Cobalah softly ;
• Menjawablah dengan jawaban yang tepat "iya yakin, tapi memang kelakuan saya salahnya dimana, karena saya tidak bisa melihat kesalahan saya sendiri, mungkin sekiranya anda berkenan memberi tahu kejanggalan atas tingkah laku saya,
X. Jangan bilang "yakin tuhan hanya satu". Ntar diTotok endase jebluklah, moduarr !!
• ketika datang pertanyaan "yakin nih", kalau jawaban-nya saya coba dulu, mungkin belum terlalu yakin sebelum dijalani,
Masih mending dan adem
X. Jangan bilang "sok banget !! Jangan jadi orang yang paling bisa dah. Nih yang begini malah bikin muak orang lain yang peduli dan menginginkan kebaikan untuk si bodoh.
• lebih baik-nya bilang, yakin tapi pasti ada salahnya karena saya baru belajar.
X. Kalau tetap bersikeras pada pernyataan "yakin tuhan hanya satu". Pernyataan benar, tapi memperburuk komunikasi.
Comments
Post a Comment