تدمير المسلمين من خلال اختبار التموج
Menghancurkan Umat Islam Melalui Test Riak
Kali ini kita akan membahas bagian dari teori konspirasi. Kenapa teori penting untuk dipelajari?
Karena dengan teori ini kita dapat menyadari lebih dini bahwa kita sedang dikendalikan. Dengan mengetahui ini, masyarakat Indonesia tahu bahwa haluan mereka sedang dipalingkan. Melalui konsep ini, umat Islam mampu melawan saat kiblatnya digeser.
Kita ambil contoh kasus sedehana:
Sorang mentri pendidikan mengeluarkan pernyataan, “Tidak boleh ada kegiatan berdoa di sekolah.” Singkat cerita setelah diumumkan, ramai-ramai umat Islam melakukan protes, surat terbuka dan demo. Tidak beberapa lama, sang mentri meminta maaf dan larangan berdoa itupun ditarik kembali. Tidak jarang, mentri mengatakan “itu cuma wacana”.
Itu terjadi ketika rakyat kontra dan menolak. Sebaliknya, jika rakyat diam, tidak beraksi, maka kebijakan tersebut pun dilanjutkan.
Inilah yang dimaksud Test The Water alias Tes Riak.
Test The Water adalah perumpamaan melempar batu pada air untuk mengetahui kedalaman dan derasnya sungai. Sebagaimana pepatah yang telah kita kenal sejak dulu.
Air beriak tanda tak dalam
Namun dengan konteks yang berbeda, umat teriak tanda kesesatannya tak dalam, beriak tanda kebodohannya tak parah. Masyarkat protes, tanda belum bisa dibego-begoin.
Sebagian orang mungkin tidak percaya pada teori test ini dengan argumen mereka, bahkan tidak jarang mengatakan kita terlalu paranoid dan su’u dzon.
Untuk itu, marilah kita lihat contoh lain tes riak yang telah terjadi.
Pada 12-08-1969 Israel membakar al-Masjid al-Aqsa sebagai simbol bahwa mereka telah benar-benar menguasai palestina atas perintah Golda Meir.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Ternyata Umat Islam di negara tetangga tidak melakukan tindakan apapun untuk membela. Akhirnya invansi dan penjajahan itu pun diteruskan sampai saat ini.
Peristiwa memilukan itu jelas tercermin dari perkataan mantan perdana mentri israel saat itu.
Ketika kami membakar Masjid al-Aqsa, Aku tidak dapat tidur sepanjang malam kerana takut Bangsa Arab berdatangan untuk menyerang Israel dari segala arah. Tetapi ketika pagi tiba, aku sadar bahawa kami mampu untuk melakukan apa saja yang kami mau. Karena kami berhadapan dengan umat yang tidur!
Banyak lagi kasus-kasus test the water yang serupa, misalnya penistaan al-Quran. Tidak menutup kemungkinan, seseorang merendahkan al-Quran tidak pernah ditegur, akhirnya jadi kebiasaan karena dianggapnya umat Islam sudah tidak kritis lagi.
Remeh kelihatannya, tapi fatal akibatnya. Karena hasil dari teori ini dapat dijadikan acuan standar seseorang, komunitas, negara bahkan umat.
Tingkat sensitifitas, kecemburuan dan ghirah menunjukkan tingginya kepedulian dan rasa memiliki.
Akhirnya kami tutup diskusi ini dengan quote Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiallahu anh,
Kehancuran suatu negeri bukan hanya karena banyaknya orang dzalim, tapi diamnya orang baik juga memberikan sumbangsih kebinasaan.
Sebagai muslim kita diperintahkan untuk mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran (al amru bil ma’ruf wan-nahyu ‘anil munkar).
Karenanya, kita dituntut untuk selalu waspada jika ada hal yang janggal dan mencurigakan. Karena tenggelamnya kapal bisa dimulai dari lubang kecil yang diremehkan.
(sumber : https://www.openulis.com/test-riak-umat-islam/)
Comments
Post a Comment