Bukan manusia biasa
Sedikit bagiku manusia sepertinya, ia berjalan dengan tenang seperti tiada hambatan, padahal kalau diajak diskusi bersama, akan didapatkan cerita yang bukan seperti tampilan tenang hari-harinya.begitu bergelombang, begitu ricuh dengan berbagai badai yang ada pada dirinya. Sudah kupastikan bila aku berada di kondisinya, mungkin gelombang itu, badai itu, akan segera ku lawan dengan badai yang tak kalah kuatnya dari badai yang hadir itu.
Hanya sedikit bagiku, ada mungkin manusia lain seperti dirinya dibelahan bumi lain, tapi aku yakin hanya sedikit manusia yang bisa bertahan, bisa berusaha tuk tetap kuat menghadapi badai dan gelombang dahsyat itu.
Lebih-lebih ketika badai dengan gelombang ganasnya itu menggebu-gebu tuk memporak porandakan kapal, lalu anggota kapalpun oleng dan sulit dikendalikan, itu terasa seperti dua badai kejam yang siap melumat kapten seorang diri, lagi-lagi dia memang bukan manusia, ya maksudnya bukan seperti manusia pada biasanya, ia memiliki lebih kekuatan yang manusia biasa tidak memiliki itu.
Akupun dibuat kagum sekaligus bingung darimana kekuatan super itu dia dapatkan,
Aku berasa ingin juga memiliki kekuatan seperti itu. Tapi apakah bisa, cocokah aku bila memiliki kekuatan seperti itu, atau bila aku memiliki kekuatan seperti itu, bisakah benar-benar kugunakan pada jalur kebaikan, atau jangan-jangan kupergunakan pada kejahatan yang tersusun nan terencana rapi ?
Bukan manusia biasa atau singkatnya bmb itu pernah suatu kesempatan berbincang-bincang tentang ketahanan mental dan hati. Luar biasa akupun dibuat emosi mendengarkannya, padahal baru mendengar ceritanya, sudah naik emosiku, bagaimana bila aku yang mengalami situasi seperti itu.
Dia bercerita "Pernah, bukan hanya pernah mungkin bisa dibilang seakan posisi kapten bertukar dengan wakil kapten, dan ini tanpa alasan sakit, tanpa alasan lain yang masuk akal, hanya karena "malas", "jenuh", "bosan", dengan hari-hari yang dilalui, enggan melaksanakan tugas layaknya wakil, yang seharusnya kapten hanya mengawasi, tapi ini ?
Berkali-kali aku membayangkan, kalau aku di kondisinya, mungkin aku hancur-hancurkan kapal itu, kalau bisa aku bakar tanpa sisa, setelah terbakar semua debunya harus dibuang di air terjun yang sangat deras.
Begitu emosinya aku mendengar itu, kurang ajar wakil semacam itu dalam benakku, tidak tau diri, euhhkk... Berasa ingin teriak dan hancurkan semuaanya !
Bmb malah ternyesum "hai kawan mengapa kamu yang naik pitam, padahal aku yang mengalami semua ini, dan engkau hanya mendengarkan kisah nyataku ini."
Aku hanya merunduk dan diam . . . Tak banyak bicara, bahkan terasa berat hanya sekedar untuk menggerakan mulut,
Rasanya seperti apa bila aku mengalami hal seperti itu. Bukan Manusia Biasa gumamku.
Hai sobat di dunia ini serangan dan bertahan itu bukan hanya dengan menyerang, jadilah seperti air yang bergerak sesuai keadaan, bergerak setepat mungkin.
Bukan asal bergerak, pikiran harus tenang walau sebenarnya kondisinya tidak lagi menuntut sikap "tenang".
Bmb melanjutkan "Bila setiap keadaan dihadapi dengan api, engkau akan kewalahan bila lawanmu air dan batu, tenanglah ... Tarik nafas dalam-dalam sambil ucapkan istighfar, bukankah solusi dari setiap keruwetan yang ada hanya kembali kepadanya ?"
Nampak sederhana kata-kata itu, bahkan itu kata-kata yang sudah sering berkeliran dimana-mana, tapi hari itu, aku berasa baru, seakan baru mendengar nasehat seperti itu.
Bmb melanjutkan, bila seorang kapten selalu memakai api di tiap permaslahan yang menerpanya, bisa-bisa kapal bisa ikut terbakar, coba pikirkanlah apa yang bisa diperbuat tanpa merusak, kalaupun merusak harus dengan seminim mungkin kerusakan itu terjadi.
Bukan kita pernah mendengar ini :
(فَبِمَا رَحۡمَةࣲ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِیظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِی ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِینَ)
[سورة آل عمران 159]
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Comments
Post a Comment