Dia diam
Tidak mau menemani kepergianku, dia hanya diam, pura-pura Asik dengan dunianya,
Padahal dia tak mau, dia tak menginginkan perpisahan yang Sekejap ini,
Dia rasa kenapa harus secepat ini, tidak ada lagikah hari kita Untuk bersama-sama lagi, seperti dulu, iya yang Benar-benar lepas dan punya banyak waktu untuk bersma,
Menelusuri berbagai kisah dunia yang tidak nyata,
Ini bukan untuk yang kedua kalinya, ini sudah terhitung banyak,
Aku berat meraskan ini,
Sudahlah pulang sana,
Hati-hati, semoga selamat sampai tujuan,
Dunia bukan seperti dunia lagi,
Kata tanya "mengapa ini terjadi, sudah basi !!"
Memang seperti itulah, semua pada akhirnya saling berpisah,
Setiap orang akan berjalan sendiri juga pada akhirnya,
Sehebat, seindah, sebagus apapun pertemuan-Nya
Perpisahanlah ujung-Nya,
Ini bukan nada prustasi dan benteng diri agar tidak disalahkan Orang,
Hanya, bisakah perpisahan itu menjadi "di ridhoi-Nya"
Tak mengapa berpisah, tapi dia ridho,
Buat apa bersama tapi bila dia tidak ridho,
Apa jangan-jangan kita dusta lalu diam.
Dusta yang banyak, dustai diri sendiri tiap hari
Kemudian orang lain juga sering didustai,
Hidup penuh dengan dusta dan tipudaya,
Atap kehancuran trus dibuat dengan dusta,
Kita diam, tapi tetap berdusta.
Diam lalu pergi, datangpun dalam keadaan diam,
Lalu hilang ditelan masa, tanpa ada yang mengetahui kemana perginya diam,
Dari semua perjalanan diam yang telah dilewati,
Ada dua hal yang penting ; pertama mengalah dan kedua tahu diri,
Dimana kita berdiam, dimana kita pergi, jangan pernah lupakan "mengalah" bukan pada setiap kondisi, tapi ketika argumen tidak bisa lagi bersatu, dan trus bersiteru, mengalahlah, buat apa menang tapi menyesal, mengalah meski ada sesalnya,
Jangan lupa juga ketika diam sudah tak lagi dianggap, tahu dirilah, itu peringatan keras untuk mundur, jangan dipaksakan diam tetap maju ke haluan, tahu darilah diam, kamu belum mampu untuk meneruskan perjalanan,
Rehat lalu diam, resapi makna hidup yang sudah dilalui, pelajari sebisa mungkin setiap kesalahan yang pernah diperbuat,
Bukan juga kamu harus memilih bunuh diri, karena setelah bunuh diri ada perjalanan yang lebih membutuhkan bekal dan berbagai amunisi, kamu belum memperolehnya, jangan sok tahu dan sok kuat, sadarlah, tahu dirilah !!
Bukan hanya diam, tapi dalam diam dia memikirkan tentang bagaimana melanjutkan perjalanan berikutnya,setelah evaluasi panjang, diam bukan berarti tidak melakukan apa-apa, mereka diam karena evaluasi panjang yang mungkin membutuhkan waktu yang harusnya lebih banyak dari jumlah umur manusia itu sendiri,
Maka dengan itu mereka diam, aku diam, dia diam, kita diam.
Masing-masing larut dalam evaluasi panjang tentang dosa dan kesalahan yang tak henti-henti Nya dilakukan trus-menerus,
Sedang perjalanan fase dunia segera beralih ke fase berikutnya, ada apa semua ini ?
Abstrak dibuatnya, bukan buta tapi mendengar, melihat tapi tidak mendengar tapi melihat, hanya bisakah semua onar, semua ulah, semua tingkah, semua gaya, semua tipuan, semua akan diam pada akhir-nya.
Seorang anak yang menangis, sangking sesak-nya tangis air mata-nya mengalir tanpa isak yang bersuara, dia tidak bisa lagi mengungkapkan sesak dengan bicara atau sekedar bersuara lirih, mungkin sudah terlalu sakit nan sendu, teriakan itu ada tapi jauh terpendam di dalam hati yang lebih dalam dari samudra,
Pada akhir-nya, semua terdiam dan merenungi dari tiap salah dan keluh yang lebih di dengungkan lebih banyak dari terima kasih, berdamai, dan menerima semua pemberian yang telah tercurah limpahkan sejak lama sekali, akhir dari kesudahan diam berhasil membuat si buta melihat, si tuli mendengar, si bisu bicara dengan makna.
Comments
Post a Comment